Saturday, June 13, 2009

FOCAL POINT CEGAH KEBOSANAN

Rahmawan D. Prasetya


Penataan sebuah rua
ng, baik dalam konteks interior residensial/rumah tinggal maupun interior ruang publik memerlukan berbagai pertimbangan, terutama menyangkut prinsip-prinsip desain. Salah satu yang perlu dipertimbangkan keberadaannya adalah focal point dalam sebuah ruang. Focal point ini dapat dihadirkan untuk ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, dapur, bahkan kamar mandi. Dan untuk ruang publik, ini bisa dihadirkan di ruang tunggu, lobby, atrium sebuah mall/plaza, hall, dan sebagainya.

Focal point sering disamakan dengan point of interest atau focus of interest. Pada dasarnya focal point merupakan salah satu prinsip desain yang disebut tekanan/emphasize dimana ada ‘sesuatu’ yang membuat mata kita bergerak ke arah tertentu di dalam sebuah ruangan. Ini dapat kita alami saat kita memasuki sebuah ruangan, mata kita menyapu ke segala arah dan sudut ruangan. Ada satu saat tertentu mata kita tertambat pada sebuah bagian/area yang nampak lebih menonjol dibandingkan dengan bagian-bagian lain di dalam ruang tersebut. Area tertentu tersebut dapat berupa sekumpulan foto berpigura, lukisan besar, satu bidang dinding yang dicat berbeda, dan sebagainya. Bagian inilah yang disebut sebagai focal point.

Apa sebenarnya kegunaan focal point itu?

Selain sebagai pusat pandangan, focal point diterapkan dalam sebuah rancangan interior bangunan dengan maksud untuk menghindari kesan monoton. Misalnya jika kita menerapkan komposisi warna monokromatik, maka kesan monoton akan berpotensi muncul di dalam ruang tersebut. Untuk mengantisipasinya, diperlukan satu tekanan yang bisa saja dalam bentuk warna lain sebagai focal point yang diaplikasikan pada suatu bagian tertentu dari ruangan tersebut.

Setiap ruang membutuhkan sebuah focal point untuk memberikan keterpaduan dan suatu pusat gaya tarik. Ini sangat penting terutama untuk ruang-ruang yang berukuran relatif luas. Sebuah focal point akan membantu menentukan pengaturan furnitur, pola-pola sirkulasi gerak (lalulintas), dan menciptakan sebuah keseimbangan visual di dalam ruang. Focal point dapat memberikan sebuah kesan keteraturan dan unity ke dalam sebuah ruangan. Ketiadaan focal point ini dapat menimbulkan kebosanan dan membuat ruangan tampak tidak menarik. Namun demikian, terlalu banyak focal point akan berdampak pada kekacauan pandangan. Ruangan akan terkesan ramai, semrawut, ‘penuh’, dan malah justru terkesan tidak tertata.

Artikel ini dimuat di surat kabar Harian Jogja, 24 Agustus 2008

Friday, June 12, 2009

Relax With Sofa

Rahmawan D. Prasetya

Sofa adalah suatu mebel yang dirancang untuk mengakomodasi aktivitas duduk manusia. Seperti kita ketahui bahwa ada berbagai aktivitas duduk manusia, seperti duduk untuk makan, duduk untuk menulis, duduk untuk menyeterika pakaian, atau duduk untuk bersantai. Perbedaan aktivitas tersebut menyebabkan konsep perancangan mebel duduk yang berbeda pula. Sofa dirancang untuk mengakomodasi aktivitas duduk santai. Oleh karenanya konsepnya akan sangat berbeda dengan perancangan kursi kerja dan kursi lainnya.


Secara fisik, sofa dapat dikatakan sebagai kursi yang berbalut upholstery (bahan pelapis). Biasanya, hampir semua atau bahkan semua bagian sofa dibalut oleh lapisan busa dan upholstery. Ada beberapa desain sofa yang sengaja menampakkan konstruksi kaki-kakinya atau konstruksi sandaran tangannya, yang mungkin terbuat dari bahan kayu atau besi/stainless steel. Desain sofa yang lain bahkan tidak sedikitpun memperlihatkan konstruksinya baik kaki, sandaran tangan, maupun bagian-bagian yang lain. Ini yang menjadikannya berbeda dengan kursi tamu biasa, yang biasanya hanya jok dan sandaran punggungnya saja yang berlapis upholstery.


Pada umumnya sofa memiliki sandaran punggung dan sandaran tangan. Karena fungsi utamanya adalah untuk bersantai maka kedua sandaran tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga penggunanya merasa nyaman dan tidak merasakan ketegangan pada bagian punggung dan lengannya. Tanpa sandaran tangan dan punggung, mebel tersebut hanyalah puff biasa, yang kadang digunakan sebagai mebel pelengkap sofa set. Sofa set yang lengkap biasanya terdiri dari sofa single, sofa double/triple seats, center table, side table, dan puff.


Sofa single dirancang untuk duduk satu orang saja. Sofa double didesain untuk duduk 2 orang dengan jarak yang nyaman. Kadang-kadang sofa ini disebut Love Seat. Jika ada sandaran tangannya, biasanya ada di sisi terluar sofa. Sofa triple seats adalah sofa panjang yang mampu menampung 3 orang yang duduk dengan nyaman tanpa merasa berdesakkan. Center Table pada umumnya digunakan sebagai pusat dari komposisi setidaknya 1 sofa single dan 1 sofa double. Sofa set biasanya disebut dengan istilah sofa 1-2-3, jika konfigurasinya single, double, dan triple, atau sofa 1-1-2, jika konfigurasinya single, single, double.


Dengan perancangan yang tepat, termasuk didalamnya pemilihan bahan, warna, motif upholstery, konstruksi, bentuk, dan ukuran, maka sofa akan menjadi mebel favorit keluarga anda untuk bersantai sambil ngobrol, nonton TV, atau melakukan aktivitas lain.

Artikel ini dimuat di surat kabar Harian Jogja, 24 Mei 2009

PsikoInterior

Setiap hari, setiap waktu, kita berada dalam sebuah 'ruang'. Ruang yang secara fisik dibatasi oleh dinding, lantai, dan langit-langit. Ada perbedaan antara ruang eksterior dan ruang interior. Perbedaan itu terletak pada materi pembentuknya, antara dinding, lantai dan langit-langit.

Tanpa sadar ruang di sekeliling kita memberikan pengaruh bagi perilaku kita sehari-hari. Kadang-kadang bahkan kita yang mempengaruhi ruang di sekitar kita. Bagaimana dinamika pengaruh-mempengaruhi antara manusia dan ruang dimana ia hidup?

Powered By Blogger