Ruang yang kita huni dan tempati pada dasarnya memiliki pengaruh yang kuat terhadap kondisi psikis kita. Sebuah ruang seringkali membuat kita merasa nyaman, sejuk, damai, atau bahkan kita justru merasa suntuk, stres, atau marah. Melalui warna dan komposisinya, ruang hunian secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi individu penghuninya. Selain itu cara mengatur lay out furnitur, temperatur ruang, pencahayaan, dan kebisingan juga memiliki pengaruh terhadap kondisi psikologis.
Setiap warna, berdasarkan berbagai penelitian telah terbukti memiliki pengaruh kuat terhadap sikap dan perilaku manusia. Warna-warna kuat dan panas, seperti merah, orange, dan kuning cenderung merangsang orang untuk berperilaku agresif, waspada, dan cenderung aktif, hangat, dan ceria. Berbeda halnya dengan warna-warna sejuk seperti biru, hijau, dan ungu yang cenderung pasif, berkesan murung, damai dan nyaman. Penggunaan warna di dalam ruang memerlukan berbagai pertimbangan termasuk siapa penggunanya dan apa aktivitasnya.
Pengaturan lay out atau tata letak furnitur yang semrawut berpotensi merangsang seseorang untuk stres. Sebaliknya lay out ruang yang rapi dan terencana dengan mempertimbangkan zona sirkulasi yang cukup akan memberikan atmosfer ruang yang lebih menyenangkan dan membuat penghuninya betah berlama-lama di dalam ruang. Lebih baik dihindari ”penumpukan” furnitur di satu sudut ruang dan lengang di bagian yang lain. Oleh karena itu, penyusunan lay out juga sebaiknya mempertimbangkan harmonisasi dan keseimbangan ruang.
Tata kondisional ruang seperti temperatur, pencahayaan, dan tata suara memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kondisi psikologis seseorang. Pada umumnya, ruangan yang bersuhu di bawah 21 atau di atas 27 derajat Celcius cenderung membuat penghuninya berkeinginan untuk segera keluar meninggalkannya karena tidak nyaman. Pengaturan suhu digunakan dengan mempertimbangkan jumlah penghuni dan aktivitasnya. Demikian pula dengan penataan cahaya yang biasanya cukup rumit, karena banyaknya faktor yang terlibat di dalamnya. Kekurangan cahaya membuat suasana menjadi suram dan berkesan sedih, sedangkan kelebihan cahaya menimbulkan silau bagi mata sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Pengaturan suara di dalam ruang pada dasarnya bertujuan agar suara yang berasal dari luar ruang tidak masuk dan mengganggu kegiatan di dalam. Selain itu, gema yang mungkin timbul di dalam ruang juga menjadi perhatian dalam penataan suara.
Pictures: Schöner Wohnen
Artikel ini dimuat di Harian Jogja, 21 Desember 2008
good job...
ReplyDelete